Kamis, 29 April 2010
Kata Shotokan
Oleh sebab itulah kata memiliki peranan yang penting sejak jaman dulu dan menjadi latihan inti dalam karate. Gichin Funakoshi mengambil kata dari perguruan Shorei dan Shorin. Shotokan memiliki 26 kata yang terus dilatih hingga kini. Ada yang populer ada pula yang tidak. Masing-masing kata mempunyai tingkat kesulitan sendiri-sendiri. Karena itu wajib bagi tiap praktisi Shotokan untuk mengulang berkali-kali bahkan ratusan kali.
Kata | Arti | Nama Asli |
Heian Shodan | Pikiran yang damai (1) | Pinan Nidan |
Heian Nidan | Pikiran yang damai (2) | Pinan Shodan |
Heian Sandan | Pikiran yang damai (3) | Pinan Sandan |
Heian Yondan | Pikiran yang damai (4) | Pinan Yondan |
Heian Godan | Pikiran yang damai (5) | Pinan Godan |
Tekki Shodan | Satria yang kuat, kuda-kuda yang kuat (1) | Naihanchi |
Tekki Nidan | Satria yang kuat, kuda-kuda yang kuat (2) |
|
Tekki Sandan | Satria yang kuat, kuda-kuda yang kuat (3) |
|
Bassai Dai | Menembus benteng (besar) | Passai |
Kanku Dai | Menatap langit (besar) | Kushanku |
Enpi | Burung layang-layang terbang | Wanshu |
Hangetsu | Bulan separuh | Seishan |
Jion | Nama biksu Budha, pengampunan | Jion |
Nijushiho | 24 langkah | Niseishi |
Sochin | Memberi kedamaian bagi orang banyak | Sochin |
Bassai Sho | Menembus benteng (kecil) |
|
Kanku Sho | Menatap langit (kecil) |
|
Jitte | Bertarung seolah-olah dengan kekuatan 10 orang | Jitte |
Chinte | Tangan yang luar biasa | Chinte |
Meikyo | Cermin jiwa | Rohai |
Jiin | Gema Kuil, Dasar kuil |
|
Gankaku | Bangau diatas batu | Chinto |
Wankan | Mahkota raja | Wankan |
Gojushiho Sho | 54 langkah (kecil) |
|
Gojushiho Dai |
Filosofi Karate Shotokan
Karate diawali dan diakhiri dengan sopan santun
Karate ni sente nashi
Karate tidak mengenal sikap menyerang lebih dulu
Karate wa gi no tasuke
Karate adalah sebuah pertolongan untuk keadilan
Mazu jiko wo shire, shikoshite tao wo shire
Pertama-tama kenali dirimu sendiri baru orang lain
Gijutsu yori shinjutsu
Semangat lebih penting daripada teknik
Kokoro wa hanatan koto wo yosu
Bersiaplah untuk membebaskan pikiranmu
Wazawai wa getai ni shozu
Kecelakaan muncul dari kecerobohan
Dojo nomi no karate to omou na
Jangan berpikir karate hanya didalam dojo saja
Karate no jugyo wa issho de aru
Berlatih karate membutuhkan waktu seumur hidup
Arai-yuru mono wo karate kaseyo, soko ni myo-mi ari
Ubah segala hal seperti karate karena disanalah rahasianya
Karate wa yu no goto shi taezu natsudo wo ataezareba moto no mizu ni kaeru
Karate sama dengan air panas. Jika tidak kau berikan panas yang tetap maka air itu akan dingin kembali
Katsu kangae wa motsu na makenu kangae wa hitsuyo
Jangan berpikir harus menang namun pikirkan agar tidak kalah
Teki ni yotte tenka seyo
Berubahlah sesuai dengan gerakan lawanmu
Tatakai wa kyojutsu no soju ikan ni ari
Memenangi pertarungan bergantung dari kemampuanmu mengontrol segala taktik
Hito no te ashi wo ken to omoe
Pikirkan kedua tangan dan kaki lawan seperti pedang
Danshi mon wo izureba hyakuman no tekki ari
Jika seseorang keluar dari rumah, pikirkan ada jutaan lawan tengah menunggu
Kamae wa shoshinsha ni ato wa shizentai
Pemula pertama-tama harus menguasai kuda-kuda dan sikap badan rendah, posisi badan yang alamiah/wajar untuk tingkat lanjut
Kata wa tadashiku jissen wa betsu mono
Berlatih kata adalah satu hal dan menghadapi sebuah pertarungan nyata adalah hal yang lain lagi
Chikara no kyojaku, karada no shinshuku, waza no kankyu wo wasaruna
Jangan lupa (1) penggunaan kekuatan dengan tenaga yang benar, (2) badan yang menyesuaikan/fleksibel, (3) penggunaan teknik dengan kecepatan yang benar
Tsune ni shinen kufu seyo
Carilah cara untuk senantiasa belajar sepanjang waktu
Definisi Karate
Tahun 1936 buku Karate-do Kyohan diterbitkan Funakoshi telah menggunakan istilah karate dalam huruf kanji Jepang. Dalam pertemuan bersama para master di Okinawa makna yang sama diambil. Dan sejak saat itu istilah “karate” dengan huruf kanji berbeda namun pengucapan dan makna yang sama digunakan sampai sekarang.
Saat ini istilah karate berasal dari dua kata dalam huruf kanji “kara” yang bermakna kosong dan “te” yang berarti tangan. Karate berarti sebuah seni bela diri yang memungkinkan seseorang mempertahankan diri tanpa senjata.
Menurut Gichin Funakoshi karate mempunyai banyak arti yang lebih condong kepada hal yang bersifat filsafat. Istilah “kara” dalam karate bisa pula disamakan seperti cermin bersih yang tanpa cela yang mampu menampilkan bayangan benda yang dipantulkannya sebagaimana aslinya. Ini berarti orang yang belajar karate harus membersihkan dirinya dari keinginan dan pikiran jahat.
Selanjutnya Gichin Funakoshi menjelaskan makna kata “kara” pada karate mengarah kepada sifat kejujuran, rendah hati dari seseorang. Walaupun demikian sifat kesatria tetap tertanam dalam kerendahan hatinya, demi keadilan berani maju sekalipun berjuta lawan tengah menunggu.
Demikianlah makna yang terkandung dalam karate. Karena itulah seseorang yang belajar karate sepantasnya tidak hanya memperhatikan sisi teknik dan fisik, melainkan juga memperhatikan sisi mental yang sama pentingnya. Seiring usia yang terus bertambah, kondisi fisik akan terus menurun. Namun kondisi mental seorang karateka yang diperoleh lewat latihan yang lama akan membentuk kesempurnaan karakter. Akhiran kata “Do” pada karate-do memiliki makna jalan atau arah. Suatu filosofi yang diadopsi tidak hanya oleh karate tapi kebanyakan seni bela diri Jepang dewasa ini (Kendo, Judo, Kyudo, Aikido, dll).
Sejarah Karate
Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari Jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau-pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina.
Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang bermacam-macam datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Yang di kemudian hari menginspirasi nama kata seperti Jion yang mengambil nama dari biksu Budha. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang pergi ke Cina lalu kembali ke Okinawa dan mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh di Cina.
Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.
Namun demikian pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.
Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868. Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu. Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi karate. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana Shuri. Setelah demonstrasinya yang kedua di Jepang, Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.
Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang seperti "Ryukyu Kempo : Karate" dan "Karate-do Kyohan". Sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.
Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama "Shoto" sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan "Kan" yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih.
Simbol harimau yang digunakan karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao.
Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.
Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.
Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk menguasai manfaat dari kata. Dia memilih kata yang yang terbaik untuk penekanan fisik dan bela diri. Yang mana mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni daripada olah raga. Baginya kata adalah karate. Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.
Hingga kini 4 besar aliran karate di Jepang yaitu Shotokan, Gojuryu, Wadoryu dan Shitoryu.